Paroki Kristus Raja Sorong Gelar Misa Etnis Umat Katolik Papua

Sorong,warta Papua.id– Gereja Katedral Paroki Kristus Raja di Jalan R. A Kartini Kota Sorong Papua Barat selenggarakan misa etnis umat Katolik Papua Pada hari Jumat 28 Januari 2022 .
Budayawan Samuel Asse Bless saat ditemui menjelaskan bahwa; dalam perayaan tersebut menampilkan lagu-lagu, gerak dan tari serta aksesoris dari suku Panai, Merauke Maybrat, khususnya AIFAT, Mare dan Miyiah serta Moy.

Menurut Samuel Asse Bless yang hadir pada acara tersebut memberi apresiasi yang tinggi bahwa ini adalah salah satu bentuk yang nyata dalam gereja Katolik dapat menghadirkan lebih dari 1000 umat untuk ikut ambil bagian dalam perayaan misa etnik umat Katolik Papua di Sorong dan merupakan yang pertama kali dirayakan dalam jumlah umat cukup banyak yakni lebih dari 1000 umat.
Pada perayaan misa yang dipimpin oleh 7 imam selebran dari imam Projo dan imam OSA di Keuskupan Manokwari-sorong dapat memberi khotbah yang begitu bermakna tentang pentingnya inkultrasi iman dalam kebudayaan sendiri dan juga Gereja Katolik hidup di Tanah Papua maka indikator utama adalah partisipasi orang asli Papua di dalam musik gerak dan lagu agar segala kekhasan itu jangan tenggelam di negeri sendiri.
Advertorial Program Kesiapsiagaan Polio Palang Merah Indonesia ( PMI )
Dengan adanya perayaan misa etnik Papua ini dapat memupuk solidaritas di antara umat Katolik asli Papua agar dapat memberi peran yang maksimal di dalam jalannya Gereja Katolik baik mengurus di dalam struktur di Keuskupan maupun memainkan peran evengelisasi ke berbagai pelosok tanah air agar ajaran Iman Katolik dapat tersebar kemana-mana dan dihayati oleh berbagai umat di seluruh dunia.
Gerak lagu dan tari yang diekspresikan umat Katolik asli Papua di perayaan tersebut merupakan ekspresi atas rasa kekaguman atas kebesaran ilahi yang dipancarkan melalui gelombang laut yang memecah di tepi pantai, desiran angin nun mesra di udara,suara burung yang memecah alam sunyi di tanah Papua juga rasa tobat dan kagum atas Fajar Pagi maupun senja di sore hari semua ini biasa diekspresikan dalam bentuk musik yang mengalun juga diksi atau kata-kata yang dipilih dalam lagu dan tari demikian pula aksesoris yang dikenakan dapat menggambarkan manusia Papua yang menyatu dengan Tuhan dan alam semestanya, tutup Samuel Asse Bless, pengamat budaya.dari Yayasan OYO PAPUA Sorong (Ones Semunya)